Jakarta -Ketahanan energi Indonesia sangat rapuh, selain tidak punya cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM), stok minyak mentah hanya cukup 4 hari, stok operasional hanya 21 hari. Bila Indonesia perang, Indonesia hanya mampu bertahan 4 hari saja.
“Ketahanan energi Indonesia dibilang rapuh memang iya, kita pernah rapat di Kemenko (Kementerian Koordinator), kalau kita perang misalnya lawan Singapura atau Amerika Serikat, pertahanan kita hanya mampu bertahan 4 hari saja,” ungkap Direktur Pembinaan Hulu Migas, Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin, di acara Forum Energi: “Masa Depan & Tantangan Industri Migas Nasional”, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Naryanto mengungkapkan, Singapura sudah membuat komitmen dengan Amerika Serikat (AS) untuk menjadi terminal BBM di Asia Tenggara.
“Singapura mempunyai storage (stok) minyak dan BBM sangat besar sekali, mereka akan menjadi terminal terbesar di Asia Tenggara. Kita ingin bangun storage, memang harusnya dibangun oleh negara, tapi pendanaannya tentu tidak mudah. Kita mau bangun kilang minyak saja diskusinya sangat panjang, uangnya dari mana, namun ujung-ujungnya diberikan ke pihak swasta,” ujarnya.
Tidak bisa dipungkiri, Indonesia saat ini sangat bergantung kepada pasokan BBM dari Singapura.
“Kita impor BBM tetap dari Singapura, minyak mentah impornya lewat dari Singapura, kalau elpiji memang masih dari Timur Tengah. Singapura memiliki kilang minyak kapasitasnya hampir 1,5 miliar barel,” katanya.
Seperti diketahui, stok minyak Indonesia saat ini hanya ada 9 juta barel, namun yang dapat diangkut hanya 3 juta barel, 3 juta barel tersebut hanya cukup kurang dari 3-4 hari, Indonesia juga tidak memiliki stok BBM seliter pun. Sementara Indonesia hanya punya stok cadangan operasional BBM selama 21 hari yang tersebar di depo BBM dan SPBU di seluruh Indonesia.
Sumber: DetikNews