Indonesia kutuk Singapura Sebagai Negeri Tak Tahu Diri

GanyangSingapura

Jakarta – “Der mensch ist, war es iszt’” kata pepatah Jerman. Sikap manusia sepadan dengan caranya mencari makan. Berkaca kepada Singapura, pepatah itu benar adanya.

Dengarlah ancaman yang dikoarkan Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen. Di hadapan parlemen Singapura yang langsung dilansir stasiun berita Channel News Asia, pada Selasa (18/2/2014) Ng melarang KRI Usman Harun melintasi perairan negeri itu. Tidak hanya itu, angkatan bersenjata Singapura (SAF) juga dilarang berlatih militer dengan kapal perang milik Indonesia itu.

“Kapal itu akan membawa kembali memori menyakitkan dan kelam bagi keluarga korban,” kata Ng, menjadikannya alasan.

Tak cukup hanya mengancam, Ng juga menyindir sikap Indonesia yang memberi nama kapal itu dengan asma dua prajurit Marinir yang sempat memporandakan Singapura di masa perjuangan Indonesia untuk mengganyang Malaysia itu. “…ketika RI dilanda bencana tsunami tahun 2004 di Aceh, SAF merupakan tim pertama yang memberikan bantuan kepada Indonesia,” kata Ng. Seolah dengan kalimat itu Ng menyatakan sikap tahu diri dan tahu membalas budi adalah watak yang alpa dari bangsa Indonesia.

Ng lupa, bangsanya sungguh lebih buruk dari apa yang ia sindirkan. Bertahun-tahun Negeri Singa itu menjadi surga para koruptor dan penjahat penggangsir dana rakyat Indonesia yang lari ke sana. Bertahun-tahun Singapura berkelit dan tak mau menyerahkan para pencoleng itu kepada aparat hukum Indonesia dengan alasan tidak adanya perjanjian ekstradisi di antara kedua negara. Bertahun-tahun pula Singapura menikmati tetesan dana haram itu untuk menggemukkan kantong pemasukan negaranya. Manakala pada 2007 negara itu bersetuju dalam perjanjian ekstradisi, hingga kini negara itu belum juga meratifikasi.

Singapura

Jangan lupa, berdasarkan tulisan Michael Backman di The Age, pada 2006 saja dana-dana kotor dari Indonesia itu mencapai proporsi 22 persen perekonomian Singapura.

Lalu soal tak tahu diri, Ng pun sebaiknya berkata sambil berkaca. Agar perkataan itu berdengung keras di telinganya sendiri. Bukan Indonesia yang sering melanggar batas wilayah. Justru negeri upil itu yang tercatat sering masuk ranah tetangga tanpa salam sebelumnya.

Belum lagi soal upaya negeri itu terus memperluas wilayah dengan modal pasir-pasir laut yang dikeruk dari perairan Indonesia. Padahal, penggalian pasir itu sendiri merusak lingkungan alam Indonesia. Kementerian Luar Negeri pada 2006 menyatakan, reklamasi yang dilakukan pemerintah Singapura sudah menyebabkan daratan Singapura maju sejauh 12 kilometer dari original base line perjanjian perbatasan Indonesia-Singapura pada 1973. Tentu saja, itu memengaruhi wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Terakhir, pada 7 Februari lalu dua pesawat tempur Singapura– diperkirakan jenis F-16, melintas langit Batam. Pesawat berwarna abu-abu kehitaman itu terbang rendah di langit Sekupang, Batam, dengan suara menyakitkan telinga warga.

Lihatlah, seolah berdiri di ujung jurang, kepada dirinya sendiri kata-kata Ng bergaung. Singapura, benar-benar mengingatkan kita akan figur serakah, pongah namun tak punya marwah. Der mensch ist, war es iszt.

Namun jangan lupa, ada teladan dalam kata-kata Ng. Ng seorang yang sangat nasionalis. Sayang, nasionalisme Ng adalah nasionalisme sempit yang membuat hati penyair Rabindranath Tagore kebat-kebit. “…bangsa-bangsa yang saling ketakutan, intai mengintai seperti hewan buas di malam hari,” kata Tagore, saat ia mengunjungi Jepang yang tengah memnyiapkan perang di 1916.

Sayangnya, nasionalisme itulah yang kini nyaris padam dalam kehidupan bernegara kita. Mungkin juga dari dada para pejabat kita; paling tidak melihat ketidakberanian akut yang menghantui mereka. Padahal, seperti kata pendiri bangsa, Mohamad Hatta, jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. “Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.”

Darmawan Sepriyossa

Sumber: INILAHCOM

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *